Ring Of Fire atau Cincin Api Pasifik atau
Lingkaran Api Fasifik adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan
letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini
berbentuk seperti tapak kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah
ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Sekitar 90% dari gempa bumi terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar
terjadi disepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5-6% dari seluruh
gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari
Jawa ke Sumatera, Himalaya, Mediterania hingga Atlantika.
Ring Of Fire Area
Peta Rawan Gempa di Indonesia
Peta
Rawan Gempa menunjukkan 2/3 wilayah
Indonesia merupakan area sumber gempa dan atau rawan dampak gempa. Hanya
menyisakan area aman (diarsir
putih) meliputi pantai timur Sumatera (Riau, sebagian Jambi,
Sumatera Selatan), Laut China Selatan, Kalimantan dan Bagian utara Laut
Jawa serta perairan Laut Arafuru sebelah Selatan Papua.
Jalur “Ring of Fire” adalah rangkaian lempeng atau patahan besar yang
menjadi ancaman potensial gempa. Ring of Fire benar-benar mengepung Indonesia.
Mulai dari laut Andaman ‘menjalar’ 2 lempeng bumi :
A. Patahan Wilayah Dalam
Lempeng Semangka di sepanjang daratan pantai Barat Sumatera dan berakhir di
Selat Sunda, bersambung dengan rangkaian puluhan gunung berapi aktif di Jawa –
Bali – Lombok – Sumbawa –Flores hingga Pulau Alor. Di sepanjang patahan ini ada
100-an gunung berapi aktif. Di Pulau Jawa juga diketahui ada beberapa patahan local yang pernah menjadi
sumber gempa daratan seperti Lempeng Lembang dan Lempeng di sekitar Gunung
Gede. Gempabumi besar di Jakarta tahun 1699, 1780 dan 1852 bersumber dari
lempeng lokal.
B. Patahan Wilayah Luar atau Patahan Zone Subduksi
Patahan dari Zone Subduksi Euroasia – Austronesia (Maintrust) menjalar dari
Laut Andaman menyusuri perairan Barat Sumatera – jawa – Nusa Tenggara –Laut
Arafuru – Laut Seram – Sulawesi Utara – Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.
Seperti ilustrasi dibawah ini.
C. Pertemuan Lempeng EuraAsia, Lempeng Australia, Lempeng
Philipina dan Lempeng Pasifik
Potensi paling rawan pertemuan dari 3 “jalur api” yaitu, Patahan dari
Samudera Indonesia, Patahan dari Pasifik Selatan yang berbelok ke Laut Pasifik
menuju Jepang dan Patahan dari China - Taiwan – Philipina menuju wilayah
tersebut. Dengan kata lain wilayah Timur Laut Indonesia (Papua, Maluku Utara
dan Sulawesi Utara) adalah tempat pertemuan 3 Lempeng Mayor (Eurasian Plate,
Australian Plate dan Pacific Plate) serta 1 Lempeng Minor (Philippine Plate).
SUMBER GEMPA : VULKANIK
DAN TEKTONIK
Gempa vulkanik disebabkan letusan gunung berapi, baik yang berada di
daratan maupun dibawah permukaan laut. Sumber gempa vulkanik mudah diketahui
berdasarkan peta gunung berapi, dan daerah yang terguncang jelas hanya sekitar
radius gunung, serta efek kerusakan yang ditimbulkan bergantung pada
efektivitas dan frekuensi ledakan. Gempa yang paling sering terjadi justru
tergolong tektonik, dan gempa tektonik ini puluhan hingga ribuan kali lebih
kuat dari gempa vulkanik. Gempa tektonik disebabkan pergeseran lempeng tektonik
(tectonic plate) pada kerak (crust) bumi, khususnya pergerakan
sepanjang retakan-retakan (faults) dan patahan-patahan (cracks)
lempeng tektonik.
Teori pergeseran lempeng tektonik atau hanyutan benua (continental drift)
atau penyebaran dasar laut (sea-floor spreading) merupakan teori
geofisika paling modern tentang perilaku kerak bumi yang mampu menjelaskan
secara rinci sebab gempa tektonik. Teori ini mendasarkan pada kenyataan bahwa
kerak bumi merupakan sekumpulan lempengan-lempengan padat dan berat yang
mengambang diatas lapisan bumi cair dan lunak seperti lumpur beku (slush)
Formasi bebatuan dan karang pada kerak dibumi dibentuk dari dasar kerak
bumi, dan berlangsung terus menerus sebagai efek pelepasan panas inti bumi cair
yang mendidih melalui selimut (mantel) bumi. Ketika formasi baru
dibentuk, terjadi desakan dari bawah yang menggeser lempengan, sehingga terjadi
keretakan dan benturan antar patahan lempeng.
IMPLIKASI DALAM KEHIDUPAN
Dengan keberadaan Ring of Fire, terdapat juga dampak negatifnya misalkan di
berbagai sektor kehidupan, namun yang dibahas kali ini adalah pengaruhnya di industri
pertambangan. Banyak bangunan yang rusak parah, prasarana seperti industri
pabrik, jembatan, jalan, dan sebagainya banyak yang rusak karena gunung
berapi. Kemudian ada juga efek negative Abu Letusan Gunung tersebut Bagi
Kesehatan para pekerja industri. Abu vulkanik mengandung SIO2 atau lebih sering
di sebut dengan pasir kuarsa yang biasanya digunakan untuk membuat gelas.
Berbeda dengan debu biasa yang kita hirup, abu vulkanik memiliki bentuk yang
berujung runcing, sangat berbahaya apabila di bandingkan dengan debu biasa yang
berbentuk bulat.
Dan selanjutnya berikut
merupakan penjelasan dampak positif atau menfaat dari gunung berapi :
- Menambah kesuburan kawasan sekitar merapi, sehingga dapat ditumbuhi banyak pepohonan dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian dalam waktu beberapatahun kedepan. Sementara itu, Abu vulkanik mengandung sulfur dan silica. Jika ini benar, abu vulkanik bisa berfungsi sebagai pemasok unsur hara tanaman. Ada juga pendapat bahwa abu vulkanik mengandung Cu dan Fe yang yang berfungsi sebagai mikroelemen.
- Dapat dijadikan objek wisata bagi wisatawan domestic dan wisatawan mancanegara setelah Gunung Merapi meletus
- Hasil erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian seperti penambangan pasir dan karya seni dari endapan lava yang telah dingin.
- Aktifitas gunung api dapat menghasilkan geothermal atau panas bumi yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari
- Sisa-sisa aktivitas Gunung Merapi dapat menghasikan bahan-bahan tambang yang berguna dan bernilai tinggi. Seperti belerang, batu pualam dan lain-lain.
- Membangkitkan industry semen dan industry yang berkaitan dengan insfrastuktur bisa bangkit, termasuk bisa menyerap banyak tenaga ahli untuk memulihkan infrastruktur dan sector lainnya di kawasan terkena musibah.
- Terjadinya distribusi keadilan ekonomi, dengan banyaknya sumbangan dari para dermawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar